Di tengah hiruk-pikuk transportasi modern, sepeda 75 muncul kembali sebagai simbol kesederhanaan. Sepeda kayuh legendaris dengan rangka besi ini tak hanya mengundang nostalgia, tetapi juga memicu diskusi: bisakah ia menjadi solusi mobilitas perkotaan yang berkelanjutan?
Kilas Balik Sepeda 75
Dikenal juga sebagai “sepeda onthel”, sepeda 75 identik dengan desain minimalis dan ketahanan tinggi. Berbeda dengan sepeda modern, model ini mengandalkan mekanisme sederhana tanpa gear atau rem hidrolik. Karakteristik utamanya:
- Rangka besi tebal dengan berat 15-20 kg
- Ban ukuran 28 inci dengan pentil presta
- Sistem rem tromol depan-belakang
Warisan Budaya vs Kebutuhan Praktis
Bagi generasi 70-80an, sepeda ini adalah ikon perjuangan. Namun kini, komunitas seperti B2W (Bike to Work) melihat potensinya sebagai alat transportasi harian. “Materialnya awet, perawatan murah,” ujar Ardi, anggota komunitas sepeda klasik di Bandung.
Analisis Kesesuaian untuk Transportasi Modern
Meski ramah lingkungan, adaptasi sepeda 75 di perkotaan menghadapi tantangan.
Keunggulan Komparatif
Dibanding sepeda listrik atau motor, sepeda 75 unggul dalam:
- Biaya operasional tahunan di bawah Rp300.000
- Umur pakai mencapai 30+ tahun dengan perawatan dasar
- Nilai jual kembali stabil di pasar kolektor
Kendala Implementasi
Faktor utama yang membatasi penggunaan adalah medan perkotaan. Tanpa sistem pemindah gigi, tanjakan curam menjadi hambatan. Riset ITS (2023) menunjukkan hanya 23% pengguna nyaman mengayuh sepeda 75 untuk rute >10km.
Modifikasi Kontemporer
Komunitas urban cycling mengembangkan berbagai adaptasi:
- Konversi ke rem cakram untuk respons lebih cepat
- Pemasangan rack belakang berbahan aluminium
- Velg alloy ringan untuk mengurangi bobot total
Catatan untuk Pemula
Bagi yang baru mencoba, mulai dengan rute datar sejauh 3-5km. Posisi sadel perlu disesuaikan karena geometri sepeda 75 berbeda dengan sepeda hybrid modern.
Perspektif Ekologis
LCA (Life Cycle Assessment) menunjukkan jejak karbon sepeda 75 89% lebih rendah dibanding sepeda listrik produksi massal. Faktor utamanya adalah minimnya komponen elektronik dan baterai.
Di Mana Membeli?
Pasar loak seperti Pasar Senen masih menjadi sumber utama. Untuk kondisi siap pakai, bengkel spesialis seperti Onthel Shop menawarkan restorasi profesional mulai Rp2,5 juta.
Angin segar berhembus dari workshop lokal yang menghidupkan kembali teknik produksi tradisional. Mungkin inilah waktunya memberi kesempatan kedua pada warisan roda dua yang hampir terlupakan ini.
Leave a Reply